
“David De Gea adalah manusia super. Dia bisa menangkap peluru!” Itu kata-kata yang pernah keluar dari mulut legenda Manchester United, Dimitar Berbatov.
Ya, mungkin ada tiga hal yang pasti dalam kehidupan. Kematian, rezeki, dan David De Gea melakukan penyelamatan penting. Dan tidak diragukan lagi, De Gea adalah salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Manchester United.
Tapi seperti kisah pemain legendaris kebanyakan, De Gea tidak selamanya berada diatas. Terutama di musim pertamanya bersama Manchester United. Musim itu jadi bencana untuknya. Ia datang sebagai bocah berusia 20 tahun dari Atletico Madrid dengan ekspektasi menggantikan peran seorang Edwin Van Der Sar.
Tekanan itu terlalu berat untuknya sampai ia pernah berpikir untuk hengkang. Musim pertama De Gea di Old Trafford sangat berantakan. Tapi berkat bimbingan dari Sir Alex, ia mampu mematahkan semua keraguan itu.
Pencarian Panjang Menemukan Kiper Andal
Sir Alex Ferguson memang pandai dalam mengembangkan bakat pemain muda. Tapi jika ada satu kelemahan Fergie, itu adalah menemukan kiper hebat. Jika dilihat kembali, dalam sejarahnya memang tidak banyak kiper hebat yang menjaga gawang MU.
“Kami melewati periode yang buruk mencoba menggantikan Schmeichel. Itu memang bukan keahlianku” Tulis Fergie di buku biografinya.
Tidak mudah mencari kiper handal untuk setan merah. Setelah kehilangan Peter Schmeichel di tahun 1999, Fergie butuh waktu enam tahun dan tak kurang dari enam kiper sampai akhirnya menemukan Edwin Van Der Sar.
Penjaga gawang Belanda itu menetapkan diri jadi kiper legendaris MU sejak kedatangannya di tahun 2005 dari Fulham. Dan saat Van Der Sar akhirnya memutuskan akan pensiun di tahun 2011, Sir Alex kebingungan. Ia takut kalau dirinya harus menunggu lama lagi untuk bisa menemukan pengganti Van Der Sar.
Pilihan utama Sir Alex sebenarnya Manuel Neuer. Fergie sudah tertarik dengan Neuer ketika United bertanding melawan Schalke di babak semifinal Liga Champions. Berbagai penyelamatan yang dilakukan Neuer mengambil alih perhatian Fergie. Pertandingan itu pula yang menaikkan nama Neuer sebagai penjaga gawang kelas dunia.
🎥 When Manchester United came up against Manuel Neuer in 2011 🧤#UCL pic.twitter.com/n3KjOLvEx8
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) June 28, 2023
The Next Van Der Sar
Lain halnya dengan De Gea. Ia belum sempat bertanding lawan MU jadi De Gea berada di luar radar Sir Alex. Sampai akhirnya pelatih kiper Man United, Eric Steele memberikan sebuah DVD berisi kompilasi penyelamatan De Gea di Atletico Madrid.
Fergie mulai tertarik. Tapi ia belum puas hanya melihat aksi De Gea lewat Video. Fergie langsung berangkat ke Spanyol untuk menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Ia bahkan rela melewatkan MU bertanding.
Dikutip dari GiveMeSport, Eric Steele pernah berkata “Saya hanya bisa mengingat dua kali Fergie melewatkan pertandingan MU. Yang pertama saat anaknya menikah di tahun 2000. Dan yang kedua saat ia pergi untuk menonton David De Gea di Spanyol”
Setelah melihat sendiri bagaimana hebatnya De Gea, tak butuh waktu lama bagi Fergie untuk membelinya. Tanggal 29 Juni 2011 De Gea resmi menandatangani kontrak di Old Trafford. United mengeluarkan uang sebesar 18,9 juta pounds untuk Atletico Madrid. Saat itu nilai transfer tersebut menjadikan De Gea kiper termahal kedua dalam sejarah.
Saat diperkenalkan ke publik, Fergie memuji David De Gea. Ia berkata kalau De Gea adalah pengganti yang luar biasa untuk Van Der Sar. Fergie memuji kecepatan, tekanan, dan ketenangannya.
Berbicara ketenangan, itu adalah skill yang paling dibutuhkan De Gea saat itu. Bayangkan saja, saat itu usianya masih 20 tahun dan dirinya sudah memakai jersey nomor 1 peninggalan Edwin Van Der Sar. Belum lagi, fakta kalau ia dibeli dengan harga yang mahal.
Debut Semrawut
Debut kompetitif De Gea adalah pertandingan Community Shield 2011, Manchester United melawan Manchester City. David De Gea langsung dipasang sebagai starter. Semua mata tertuju padanya. Tapi De Gea malah langsung kemasukan dua gol pembuka Man City yang dicetak oleh Lescott dan Edin Dzeko.
Untungnya MU bisa bangikit. Diawali dengan gol Chris Smalling di menit ke-52. Kemudian Luis Nani muncul sebagai pahlawan dengan mencetak dua gol. Sir Alex pun bisa terhindar dari rasa malu karena kalah dari Manchester City. Tapi De Gea tidak bisa terhindar dari label kambing hitam atas dua gol yang diterima MU.
Pertandingan pertamanya di Liga Inggris adalah melawan West Bromwich Albion seminggu setelahnya. Di pertandingan pembuka Premier League itu, De Gea kembali jadi sorotan setelah gagal menyelamatkan tembakan Shane Long sehingga jadi gol untuk West Brom. Untungnya di pertandingan tersebut MU bisa menang 2-1.
Momen-momen seperti itu sering terjadi di awal karir De Gea. Ia sering melakukan blunder konyol. Lalu harus diselamatkan oleh rekan-rekannya dengan mencetak gol dan memenangkan pertandingan. Tapi tetap saja, kesalahan De Gea tidak lepas dari kritikan media.
Surat kabar The Times dengan kejamnya menyebut: “De Gea lemah seperti jelly. Dia tidak memiliki fisik yang bagus. De Gea tidak memiliki kemampuan menghentikan bola.” Surat kabar lain, Daily Express juga mengolok-olok De Gea. “Dia bernama David De Gea Quintana. Tapi tidak usah repot-repot mengingat namanya yang panjang itu. Ia akan digantikan segera.”
Kehilangan Tempat di Skuad Utama
Itu semua diperburuk setelah Manchester United menjamu Man City di Old Trafford. Di situ setan merah dibantai dengan skor 6-1. Padahal sebelumnya MU tidak pernah kebobolan sampai 6 gol di Old Trafford selama Fergie menjabat sebagai pelatih.
Meskipun begitu Fergie masih bersikeras membela De Gea. Sang pelatih menganggap kalau ini hal wajar. Ia sadar kalau De Gea butuh waktu untuk beradaptasi. Fergie juga mengatakan kalau dulu Schmeichel mengalami hal yang sama.
“Ini adalah momen pembelajaran. Bahkan Peter Schmeichel memiliki momen-momen sulitnya sendiri saat pertama kali bermain di Inggris.” Ucap Fergie dikutip dari Guardian.
Meskipun begitu Fergie tidak ingin memanjakan De Gea dengan memberinya rasa ampun terus menerus. Apalagi setelah ketidakcakapannya merugikan setan merah. Seperti pada pertandingan melawan FC Basel di Champions League bulan Desember 2011. De Gea tampil sangat buruk saat itu. MU kalah 2-1 dan membuat setan merah tak lolos fase grup.
Kemudian penampilan buruk yang berujung kekalahan 3-2 di gameweek 19 melawan Blackburn. Kekalahan itu membuat MU gagal merebut posisi puncak klasemen. Mereka harus duduk di peringkat kedua, di bawah Manchester City pada pergantian tahun 2012.
Berada di peringkat kedua sampai pertengahan musim tidak bisa diterima oleh Sir Alex. Ia pun menyingkirkan De Gea dari starting eleven. Memasuki tahun 2012 Sir Alex mulai memainkan kiper cadangan, Anders Lindegaard sebagai starter.
Sebenarnya bukan hanya hasil buruk yang membuat Sir Alex membangku cadangkan De Gea. Tapi ia juga tahu kalau De Gea saat itu adalah orang yang pemalas. De Gea enggan melatih fisiknya. Ia malas ke gym untuk menambah otot. Padahal di Inggris, kekuatan fisik adalah hal yang penting.
“Dia tidur dua sampai tiga kali sehari. Kami harus memaksanya untuk berlatih di gym. Ia membencinya karena di Spanyol mereka tidak terlalu banyak latihan fisik. Dia juga suka makan-makanan tidak sehat tengah malam” Ucap Eric Steele.
Titik Balik
Keputusan Fergie untuk membangku cadangkan De Gea adalah keputusan berani, tapi perlu. Untuk membuat De Gea sadar kalau meskipun dirinya dibeli dengan mahal, bukan berarti ia tak tergantikan. Fergie bisa kapan saja menyingkirkannya jika ia tidak memenuhi ekspektasi.
Bayangan itu sangat nyata De Gea rasakan saat ia duduk di bangku cadangan untuk empat pertandingan Premier League berturut-turut. Yaitu dari gameweek 20 sampai 23. Hanya menyaksikan aksi Lindegaard dari pinggir lapangan membuatnya sadar bahwa ia harus lebih baik lagi.
Kesempatannya untuk bangkit datang saat Lindegaard menderita cedera ankle. De Gea pun kembali mengisi posisi starting line up di pertandingan lawan Chelsea pada gameweek 24. Di pertandingan inilah ia menciptakan momen titik balik.
Setan merah tertinggal lebih dulu lewat gol bunuh diri Jonny Evans, kemudian dilanjut gol dari Juan Mata dan David Luiz. Tertinggal 3-0 MU bisa bangkit lewat dua gol penalti dari Rooney dan satu gol dari Chicharito.
Chelsea punya kesempatan emas untuk mengakhiri laga dengan kemenangan lewat tendangan bebas dari Juan Mata. Tapi David De Gea dengan hebatnya menepis bola yang tampak mustahil untuk diselamatkan itu.
Penyelamatan De Gea membuat MU terhindar dari kekalahan. Setan merah pun bisa membawa pulang satu poin. De Gea mengaku kalau ini adalah momen yang mengubah dirinya.
“Itu adalah momen yang mengubah segalanya. Mulai saat itu dan seterusnya, saya bermain lebih bagus dan lebih bagus lagi” Ucap De Gea dikutip dari Bleacher Report.
Tetangga Berisik
Peningkatan performa De Gea diiringi juga dengan peningkatan performa tim. Setelah hasil imbang lawan Chelsea itu, United menjalani 8 kemenangan beruntun. Ini membuat setan merah akhirnya bisa merebut posisi puncak klasemen dari Manchester City.
Perubahan juga dapat dilihat dari sikap De Gea. Ia tidak lagi malas untuk latihan. Perkembangan ini pun mendapat pujian dari Sir Alex.
“David telah berdiri sebagai pria. Dia telah menguasainya, dan tidak membiarkan dirinya sendiri lengah. Ia telah berkembang di setiap pertandingannya”
Tapi senyum Fergie tak bertahan lama. Manchester United mengalami hasil buruk menjelang akhir musim. Mereka imbang lawan Wigan 4-4 di gameweek ke-35 kemudian kalah 1-0 lawan Manchester City di pertandingan selanjutnya membuat setan merah tersingkir hanya karena kalah selisih gol.
Sampai akhir musim, MU pun tidak bisa mengambil kembali posisi puncak meski mereka menang di dua laga yang tersisa. Gol Aguero yang ikonik itu pun membuat Manchester City menjuarai Premier League untuk yang pertama kalinya. Rasa bersalah pun kembali muncul dalam diri De Gea. Sebab MU kalah karena selisih gol. Dan itu karena di paruh pertama musim De Gea sudah kebobolan lebih dari selusin gol.
Transformasi De Gea
De Gea pernah mengaku musim debutnya di Old Trafford begitu berat ia rasakan. “Sangat berat ketika anda dapat banyak kritikan. Saya pernah berpikiran untuk keluar dan pulang ke Spanyol”
Sir Alex juga tahu kalau musim debut De Gea itu buruk. Tapi ia berkata kalau klub siap membantu De Gea menjadi kiper terbaik “pemain outfield biasa melakukan 20 kesalahan dalam satu laga. Tapi kiper adalah posisi yang krusial. Sangat disayangkan De Gea harus menghadapi kenyataan itu. Tapi tidak apa. Kami akan membantunya.”
Di musim setelahnya, yaitu 2012/13 De Gea masih bertahan. Tapi Fergie menunjukan ketegasan yang lebih untuknya. Satu kesalahan pada pertandingan melawan Fulham di gameweek kedua membuat De Gea kembali dibangku cadangkan. Lagi-lagi ia harus duduk di pinggir lapangan selama empat pekan.
Fergie terus merotasi antara De Gea dan Lindegaard sampai pertengahan musim 2012/13. Itu memaksa De Gea bekerja lebih keras lagi. Tubuh De Gea kemudian tidak lagi terlihat kurus kering. Ia semakin berotot karena terus melatih fisiknya.
Pembuktian De Gea datang di pertandingan melawan Real Madrid di babak 16 besar Liga Champions. Meskipun MU tak lolos ke babak selanjutnya tapi ia menunjukan transformasi yang benar-benar drastis. De Gea telah menunjukan kalau dirinya bisa diandalkan. Fergie pun mulai mantap memakainya sebagai penjaga gawang utama.
Hadiah Terakhir Fergie
United pada akhirnya bisa kembali merebut tahta juara Premier League di tahun 2013. Itu jadi musim terakhir Fergie sebagai manajer. Dan setelah Fergie dan Eric Steele hengkang, De Gea masih bersinar di bawah mistar gawang Old Trafford.
Kesebaran Sir Alex, sekaligus ketegasannya dalam menempa De Gea memiliki peran penting dalam perkembangan De Gea. Sir Alex tahu saat itu De Gea masih muda dan butuh adaptasi. Tapi Fergie juga tidak mau terlalu lembut dengannya dan terus menekan De Gea agar berlatih lebih keras.
De Gea kemudian jadi salah satu shot stopper terbaik di Inggris, dan bahkan mungkin dunia. Tidak terhitung sudah berapa kali De Gea tampil jadi penyelamat di pertandingan -pertandingan krusial setan merah.
Sampai waktu akhirnya mengharuskan De Gea hengkang di tahun 2023. De Gea jadi pemain terakhir dari angkatan 2013 yang bertahan. Ia adalah hadiah terakhir Fergie untuk Manchester United.
Sumber referensi: Planet, B/R, B/R 2, Guardian, UEFA, Independent, GMS