Leonardo Bonucci dan Musim Terkutuk di AC Milan

Ketika jendela transfer dibuka, kita harus siap dengan perpindahan pemain tak terduga yang mungkin saja terjadi. Namun, kepindahan Leonardo Bonucci dari Juventus ke AC Milan pada tahun 2017 terbilang sangat-sangat mengejutkan jagad sepakbola. Kepindahan ini bahkan tak terprediksi oleh siapa pun pada saat itu.

Bonucci dikenal sebagai pemain yang loyal kepada Juventus. Jadi, ketika melihat bek Timnas Italia itu mengenakan jersey sang rival, itu sulit diterima. Namun, kepindahan itu tak bisa dihindari. Kita tak bisa menampik fakta kalau musim 2017/18 Bonucci berstatus sebagai pemain AC Milan.

Sayangnya, Bonucci dan Milan seperti tak berjodoh. Sang pemain justru mengalami masa-masa sulit di San Siro. Ia bahkan menyesali keputusannya untuk hengkang dari Juventus. Lantas apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Bonucci memilih Milan? Berikut kisah Bonucci dan musim terkutuk di AC Milan.

Bonucci Identik dengan Juventus

Leonardo Bonucci merupakan salah satu pemain belakang hebat yang dimiliki oleh Italia. Bonucci jadi salah satu penerima tongkat estafet dari bek-bek hebat terdahulu macam Paolo Maldini, Alessandro Nesta, hingga Fabio Cannavaro.

Mantan pemain Inter Milan itu telah membangun reputasi sebagai bek terbaik di Serie A. Kemunculan Bonucci bertepatan dengan kebangkitan Juventus dari keterpurukan pasca kasus Calciopoli. Setelah kasus itu, Juve belum pernah menjuarai Serie A lagi hingga Bonucci bergabung dengan mereka pada tahun 2010 silam.

Membangun kemitraan yang solid dengan Gianluigi Buffon, Giorgio Chiellini, dan Andrea Barzagli di lini bertahan Si Nyonya Tua, Bonucci membawa klub kembali berjaya di kompetisi domestik. Sang pemain mengantarkan Juve meraih gelar Serie A selama enam tahun berturut-turut sejak 2012 hingga 2017. Bonucci bahkan membawa Juve dua kali mencapai final Liga Champions tahun 2015 dan 2017.

Kesuksesannya bersama Bianconeri selama enam tahun lamanya membuat nama Bonucci terus dieluh-eluhkan oleh fans. Bonucci bahkan mengatakan kalau ia ingin terus bermain di Juve dan ingin menjadi pelatih Juve suatu saat nanti. Sejak saat itu, namanya identik dengan jersey hitam putih. Bonucci adalah Juventus, dan Juventus adalah Bonucci.

Berkonflik dengan Allegri

Untuk menunjukan kesetiaannya pada Juventus, Bonucci bahkan tak pikir panjang untuk menolak tawaran gaji yang berlipat ganda dari klub lain yang datang setiap tahunnya. Saat itu, meski beberapa klub Liga Inggris macam Chelsea dan Manchester City silih berganti untuk menggoda Bonucci, ia tetap tak bergeming.

Bahkan menjelang bursa transfer musim dingin 2017 dibuka, Bonucci justru menekan perpanjangan kontrak hingga tahun 2021. Dari keputusannya itu, terlihat bahwa sang pemain sangat mencintai klub yang bermarkas di Allianz Stadium itu.

Namun insiden pada paruh kedua musim 2016/17 tampaknya jadi pemicu kemarahan Bonucci yang menyebabkan sang pemain mengurungkan niatnya untuk bertahan lebih lama di Turin. Beberapa media Italia memberitakan kalau hubungan Bonucci dengan pelatih Juve saat itu, Massimiliano Allegri mulai memburuk. Keduanya beberapa kali terlibat adu mulut karena perbedaan pendapat soal taktik.

Suasana ruang ganti kian memanas ketika Juventus kalah dari Real Madrid di final Liga Champions musim 2016/17. Saat jeda babak pertama, Bonucci sempat bersitegang dengan Paulo Dybala. Bonucci merasa Dybala tampil di bawah standar. Ia juga mengkritik Allegri yang tak mengganti Andrea Barzagli. Menurutnya, Barzagli jadi kelemahan Juve saat itu karena terlalu mudah untuk dilewati oleh pemain-pemain Madrid.

Sebagai pelatih, Allegri yang punya kendali penuh atas siapa saja yang akan ia mainkan kecewa dengan sikap Bonucci. Ia merasa Bonucci cukup berlebihan dan terlalu ikut campur soal keputusannya di pinggir lapangan.

Kenapa Milan?

Permasalahan dengan Allegri yang semakin memuncak membuat Bonucci mantap untuk hengkang dari Juventus. Namun, mantan bek Genoa itu justru memilih AC Milan sebagai destinasi selanjutnya.

Bergabung ke Milan justru menimbulkan tanda tanya besar. Selain dianggap telah berkhianat, tak sedikit yang menganggap kalau kepindahannya ke Milan merupakan kemunduran bagi karir Bonucci. Pasalnya, pada saat itu Juve bermain di Liga Champions, sedangkan Milan hanya berlaga di Europa League.

Lantas, kenapa Bonucci memilih Milan? Ia memilih Milan karena faktor keluarga. Bonucci dan istrinya ingin tetap berada di Italia karena khawatir apabila pindah ke negara baru, itu akan mempengaruhi kondisi anaknya yang baru sembuh dari sakit keras. Nah, di Italia hanya Milan yang berani membayar gaji mahal Bonucci. 

Cuma Dapat Hikmahnya

Bersama sang pemilik baru, Yonghong Li, AC Milan menjadi kesebelasan yang paling ambisius dalam menyongsong musim 2017/18. Namun, ambisi yang tinggi tak selaras dengan hasil yang diperoleh. Bonucci merasa aneh di Milan. Ia merasa ada yang salah dengan semua ini.

Bersama Milan, Bonucci memang hampir tak tergantikan. Ia bahkan langsung ditunjuk sebagai kapten tim di musim perdananya. Sayangnya, kepercayaan lebih yang diberikan oleh pelatih Milan saat itu, Vincenzo Montella tak dibayar tuntas oleh Bonucci. Ia merasa musim 2017/18 berjalan sulit baginya. 

Performanya jauh menurun apabila dibandingkan musim sebelumnya. Layaknya anak baru, Bonucci kerap salah tingkah ketika mengawal lini pertahanan AC Milan. Musim tersebut jadi musim pembelajaran yang mendewasakan seorang Bonucci.

Penguatan tim dengan mendatangkan banyak pemain pun tak membuahkan hasil positif di akhir musim. Rossoneri hanya mampu finish di posisi ke-6 klasemen akhir Liga Italia. Itu berkebalikan dengan Juve yang kembali memuncaki klasemen Serie A. Bonucci harus meratapi nasib gagal lolos ke Liga Champions sembari melihat sang mantan meraih scudetto ketujuh secara beruntun.

Dilansir Goal, Bonucci menyesal telah meninggalkan Juventus. Ia merasa kalau keputusannya hanya didasari oleh emosi sesaat tanpa mempertimbangkan hal yang akan terjadi selanjutnya. Namun, menurutnya tetap ada hikmah yang bisa diambil dari musim yang buruk bersama Milan.

Bonucci kembali menemukan jati dirinya sebagai pemain sepakbola. Satu tahun di Milan justru menyadarkan Bonucci bahwa cintanya ternyata hanya untuk Juventus. Berseragam Milan dan berhadapan dengan Juventus terasa sangat aneh baginya. Ia merasa seperti melawan keluarga sendiri.

Bonucci Balikan Sama Juve

Emosi yang mulai mereda dan Bonucci yang mulai sadar kalau cintanya hanya untuk Juventus membuat rasa ingin kembali ke Turin mulai tumbuh. Beberapa media sempat memberitakan alasan Bonucci hanya bertahan semusim di Milan karena klub gagal memenuhi janji pada sang pemain. 

Ketika Bonucci bergabung, Yonghong Li memang berjanji akan membawa Milan jadi klub yang berlaga di Liga Champions dan jadi penantang gelar Juventus di Serie A. Namun, karena hanya finis di urutan keenam Serie A, itu membuat Bonucci kurang puas.

Bonucci juga tidak benar-benar ingin bertahan di Milan. Ia ingin buru-buru kembali ke Juventus. Meski sempat di iming-iming gaji selangit dari PSG, Bonucci tetap memprioritaskan transfer ke Juventus. Bonucci paham betul ke mana ia harus pulang.

Sumber: These Football Times, Football Italia, Goal, BR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *