
Saat berada di konferensi pers, manajer Manchester City, Josep Guardiola mengatakan bahwa Direktur Olahraga Txiki Begiristain adalah orang yang membuatnya bertahan di Manchester City. Txiki dan Guardiola adalah perpaduan yang luar biasa.
Perpaduan dua eks Barcelona itu berhasil membawa The Citizens meraih gelar Liga Champions, Piala FA, dan Liga Inggris dalam semusim. Membuat Manchester City masuk dalam jajaran delapan tim yang bisa meraih treble dalam semusim, bersama Manchester United, Barcelona, Bayern Munchen, Celtic, PSV Eindhoven, Ajax, dan Internazionale.
Sebelum menjalin kerja sama membangun Manchester City sebagai tim terkuat di Eropa, Josep Guardiola dan Txiki Begiristain adalah dua orang yang berperan penting mengantarkan Barcelona meraih treble bahkan sextuple bersejarah. Dengan kata lain, Txiki-Guardiola adalah kolaborasi penjamin treble.
Mantan Pemain Barcelona
Hubungan Txiki dan Guardiola telah terjalin sejak di Barcelona. Bahkan sebelum keduanya menduduki kursi direktur olahraga dan pelatih. Kala menjadi pemain, Txiki adalah rekrutan pertama Johan Cruyff di Barcelona. Ia bergabung dari Real Sociedad pada 1988 saat usianya baru 23 tahun.
Waktu ia bergabung ke Barcelona adalah waktu yang sama ketika Josep Guardiola masuk ke akademi La Masia. Kelak, Guardiola dan Txiki berada dalam satu tim, bagian dari “Dream Team” legendaris yang dibangun oleh Johan Cruyff. Hubungan Guardiola dan Txiki sangat dekat.
FC Barcelona’s 1st Historic “Dream Team”
Only personalities in this team, from the coache Johan Cruyff, to Andoni Zubizarreta, Romario, Pep Guardiola, Michael Laudrup, José Mari Bakero, Hristo Stoichkov, Txiki Begiristain, to mention just few.@FCBarcelona@FCBarcelona_es pic.twitter.com/D8QNkrxQKY— Mesmerizing ETHIOPIA (@MesmerizingETH1) January 13, 2023
Keduanya juga sama-sama mendewakan Johan Cruyff. Pelatih asal Belanda itu sukses membangun Barcelona menjadi salah satu tim kuat di Eropa. Pada 2003, ketika Joan Laporta memenangi pemilihan sebagai presiden Barcelona, Txiki Begiristain yang baru berusia 38 tahun direkomendasikan Cruyff untuk menjadi direktur olahraga.
Sementara itu, setelah tidak di Barcelona, Guardiola hijrah ke banyak klub. Ia bermain di Brescia, AS Roma, Al-Ahli, sampai tim Meksiko, Dorados Sinaloa. Guardiola memulai karier kepelatihannya pada tahun 2007 dengan melatih Barcelona B. Waktu itu Txiki Begiristain masih menjabat direktur olahraga.
Sebelumnya, Laporta tidak hanya menunjuk Txiki, tapi juga Ferran Soriano sebagai wakil presiden. Setelah melewati masa naik-turun bersama Frank Rijkaard, Txiki yang merasa permainan Barca di tangan Rijkaard sudah tak bertaji lagi, terlebih dengan perubahan formasi dari 4-3-3 yang disukai Cruyff menjadi 4-2-3-1, ia akhirnya menunjuk Guardiola sebagai pelatih.
Sextuple Bersama Barcelona
Guardiola dan Txiki pun merombak Barcelona dengan cara mereka sendiri. Txiki menjabarkan rencananya untuk Barcelona, termasuk pemain mana yang harus disingkirkan dan didatangkan untuk membangun era baru Barcelona. Setelah ditunjuk, Guardiola memberi kejutan lewat konferensi pers.
Ia membuang Ronaldinho dan Deco. Dilansir The Athletic, menendang Ronaldinho adalah ide Txiki Begiristain. Ia mempekerjakan Guardiola untuk memulai era baru dengan Lionel Messi sebagai pemimpin tim, bukan lagi Ronaldinho. Keputusan itu membuat Txiki tak berhenti menerima kritik.
Namun, suatu hari keputusan untuk mempekerjakan Guardiola terbukti menjadi yang paling berpengaruh, bukan hanya untuk tim, melainkan juga sepak bola. Di musim pertamanya melatih Barcelona, Guardiola sukses mengantarkan tim itu meraih treble.
Bahkan Guardiola melengkapinya menjadi sextuple. Pemain-pemain yang didatangkan dari hasil kolaborasi Guardiola-Txiki, seperti Samuel Eto’o, Yaya Toure, Sylvinho, Eric Abidal, sampai Martin Caceres terbukti mampu berbicara banyak.
8. In 2009, Pep Guardiola’s Barcelona won a Sextuple and they became the first team in history to win 6 trophies in a calendar year. Barcelona won La Liga, Copa del Rey, Supercopa de España, UEFA Champions League, UEFA Super Cup, and FIFA Club World Cup, all in a calendar year. pic.twitter.com/4worWzK0yi
— Barçajet (@barcajet) April 23, 2022
Kisah Awal di Manchester City
Tahun 2010, Txiki Begiristain memutuskan hubungannya dengan Barcelona setelah Sandro Rosell terpilih sebagai presiden Barcelona menggantikan Joan Laporta. Sementara itu, Josep Guardiola masih bertahan di Barcelona. Ia baru hengkang dari sana tahun 2012.
Di tahun yang sama, Txiki yang telah cukup lama tidak menyentuh urusan sepak bola mendapat telepon dari mantan rekan kerjanya di Barcelona, Ferran Soriano. Waktu itu, Soriano adalah CEO Manchester City yang ditunjuk oleh Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan.
Sebelumnya, yaitu pada tahun 2011, Ferran Soriano sudah lebih dulu bertemu dengan Sheikh Mansour dan Khaldoon al-Mubarak yang belum lama mengakuisisi Manchester City. Sheikh Mansour melihat model Barcelona mengelola tim sepak bola cocok dengannya. Oleh karena itu, politikus Uni Emirat Arab tersebut menerapkan cetak biru Barcelona ke The Citizens.
Caranya, dengan merekrut orang-orang yang berada di baliknya. Mulai dari Ferran Soriano, berlanjut ke Txiki Begiristain. Suatu saat, Txiki yang ditunjuk, mengganti Roberto Mancini yang telah memberikan gelar pertama sejak 1976 dengan Manuel Pellegrini. Dikutip The Athletic, alasannya, Manchester City ingin mengubah gaya permainannya.
Bertemu Lagi di Manchester City
Pellegrini menambahkan satu gelar liga lagi buat Manchester City, plus dua Piala Liga dan mencapai semifinal Liga Champions musim 2015/16. Pelatih asal Chile itu mengubah gaya permainan City ke sepak bola menyerang. Namun, tiga tahun bersama Pellegrini dengan pencapaian-pencapaian itu masih jauh dari kata sempurna.
Maka Pellegrini pun didepak. Txiki Begiristain meminta agar Manchester City merekrut Josep Guardiola yang waktu itu baru saja menuntaskan gelar Bundesliga di Bayern Munchen. Tentu saja usulan Txiki langsung dikabulkan oleh Ferran Soriano.
🗣️ Jose Mourinho on why Man City and Liverpool are ahead of other clubs:
“I think the structure of the clubs. When you look at City, for example: the owner, Ferran Soriano, Txiki Begiristain, Pep Guardiola, Pep’s staff and then the players…”#MCFC pic.twitter.com/Dz7GVAJdHl
— City Xtra (@City_Xtra) September 13, 2019
Txiki bergerak cepat saat menginginkan Josep Guardiola. Ia bahkan bertemu dengan Guardiola lebih dulu di Amsterdam, sebelum Guardiola meraih Bundesliga. Menariknya, pada waktu itu bukan Guardiola saja yang menjadi calon penerus Pellegrini di Manchester City. Soriano dan jajaran direksi menginginkan lebih banyak opsi untuk menjadi manajer The Citizens.
Dilansir The Guardian, Txiki Begiristain juga pergi ke Lisbon untuk menemui Jose Mourinho. Pada pertemuan itu, Mourinho merinci rencananya pada Txiki bagaimana memperbaiki Manchester City. Namun, Txiki telah fokus pada Guardiola. Ia bersikeras akan memainkan gaya Barcelona ke Manchester City.
Txiki telah bermain di bawah Cruyff dan ia ingin mengadopsinya di City. Sepak bola menyerang ala Cruyff itu, menurutnya, hanya bisa dilakukan Josep Guardiola. Orang yang juga pernah dilatih oleh almarhum Johan Cruyff.
🗣 Mikel Arteta:
“Sheikh Mansour, Khaldoon Al Mubarak, Ferran Soriano and Txiki Begiristain brought Pep to create something unique that hasn’t been done in England.
They brought him to bring home the Champions League with a very particularly way of playing football…”#MCFC pic.twitter.com/ip5AvUi7t3
— City Xtra (@City_Xtra) September 18, 2019
Sukses Membangun Manchester City
Meski yang ditemui Guardiola dan Txiki di awal kepemimpinannya di Manchester City adalah kegagalan, namun perlahan-lahan kolaborasi keduanya mulai kelihatan. Guardiola tidak salah bergabung ke Manchester City. Terlebih tim, yang di dalamnya ada Txiki Begiristain dan Ferran Soriano yang dulu pernah bekerja di Barcelona itu sudah pasti akan mendukungnya.
Lagi pula, Sheikh Mansour sepenuhnya menyerahkan urusan sepak bola pada Soriano. Ia yang tidak hanya memimpin Manchester City, tapi klub lain di bawah City Football Group seperti Melbourne City dan New York City, juga menaruh kepercayaan penuh pada Txiki Begiristain dalam pengembangan di internal Manchester City.
Segala urusan termasuk transfer berada di tangan Txiki dan Guardiola. Beberapa pemain yang disebut good deal pun mulai datang, seperti Kyle Walker, Gabriel Jesus, Aymeric Laporte, Bernardo Silva, sampai Ederson. Meski dalam operasi transfernya, Txiki juga sering disalahkan. Misalnya, ketika gagal mendatangkan Alexis Sanchez dan Jorginho.
Nuestro jefazo el Sheikh Mansour estuvo hoy con Pep, Ferrán Soriano y Tkiki Beguiristain, los felicitó por la gran temporada y también ya hablaron de lo que se viene a futuro en lo deportivo #CMONCITY 🩵🦈 pic.twitter.com/AdDnBWr0Ps
— ElCityLatino CAMPEONES DE EUROPA 🏆🏆🏆 (@ElCityLatino) June 14, 2023
Apa pun itu, toh pemain-pemain yang didatangkan Txiki memang yang diperlukan Guardiola. Begitu pula pemain-pemain yang terlibat dalam treble, seperti Jack Grealish, Julian Alvarez, sampai Erling Haaland dan Manuel Akanji. Txiki memang melakukan beberapa pendekatan dengan caranya sendiri.
Namun, ia juga dibantu oleh staf Guardiola untuk mencari pemain berdasarkan data sesuai kekuatan dan kelemahan City. Guardiola dan Txiki memang sudah sehati sepemikiran. Kolaborasi keduanya baik di Manchester City maupun Barcelona telah menghasilkan treble. Well, klub mana yang ingin treble, cobalah merekrut Txiki Begiristain dan Guardiola.
Sumber: ManCity, TheAthletic, TheGuardian, DailyMail1, DailyMail2, SI