Hanya 7 Orang Ini Yang Bisa Juara Champions League Sebagai Pemain dan Pelatih!

Bagi beberapa pemain, menjuarai Champions League adalah kesempatan sekali dalam seumur hidup. Tapi tidak dengan orang-orang ini. Mereka bisa menjuarai Champions League sebagai pemain dan pelatih. Hanya ada 7 orang yang pernah melakukannya. Siapa saja mereka?

Miguel Muñoz (Real Madrid)

Pertama adalah Miguel Munoz dari Real Madrid. Ia adalah orang pertama yang bisa mendapatkan Liga Champions sebagai pemain dan juga pelatih. Gelandang yang telah meninggal dunia di tahun 1990 itu adalah orang seorang Madrilenos sejati. Ia lahir dan besar di Madrid.

Ia bermain untuk Madrid dari tahun 1948 sampai pensiun di tahun 1958. Munoz jadi saksi dan kapten di masa-masa kejayaan Madrid itu. Dengan total memperoleh 7 trofi bergengsi hanya dalam waktu 4 tahun. Termasuk hattrick Champions League dari tahun 1956 sampai 1958.

Setelah pensiun di tahun 1958, ia langsung menjabat sebagai pelatih el real untuk musim 1958/59. Disitu ia kembali mempersembahkan dua Champions League di tahun 1960 dan 1966. Ia juga mempersembahkan total 9 gelar La Liga untuk los blancos.

Namanya mungkin tidak setenar Alfredo Di Stefano atau Ferenc Puskas. Tapi Munoz tetaplah legenda terbaik yang pernah Madrid miliki. Baik itu sebagai pemain maupun sebagai pelatih.

Giovanni Trapattoni (AC Milan/Juventus)

Miguel Minoz adalah pemain pertama yang bisa dapat Champions League sebagai pemain dan pelatih. Tapi Giovanni Trapattoni lah orang pertama yang bisa melakukannya di dua klub berbeda. Di AC Milan sebagai pemain, kemudian di Juventus sebagai pelatih.

Meskipun pelatih dengan julukan Il Trap itu dikenang sebagai manajer hebat, tapi kadang banyak yang lupa kalau ia adalah pemain yang hebat pula. Puncak bermainnya adalah di AC Milan. Berposisi sebagai gelandang bertahan, Trapattoni adalah mesin penggerak Rossoneri. Disitulah ia dapat Champions League di tahun 1963 dan 1969.

Karirnya berlanjut ke dunia kepelatihan. Awalnya ia jadi pelatih Milan dari tahun 1972 sampai 1976. Tapi masa tersuksesnya sebagai pelatih adalah saat menukangi Juventus. Ia menyabet 6 scudetto untuk si nyonya tua. Il Trap juga mempersembahkan satu gelar Champions di tahun 1985 untuk Juve.

Il Trap juga dikenal sebagai bapak pelatih Italia. Ia adalah guru dari para pelatih hebat di Italia. Sebut saja Dino Zoff, Stefano Pioli, Massimiliano Allegri, Antonio Conte, sampai Gian Piero Gasperini. Mereka semua pernah menimba ilmu pada Trapattoni.

Johan Cruyff (Ajax/Barcelona)

Setiap kali ada perdebatan siapa pesepakbola paling berbakat sepanjang masa, Johan Cruyff akan selalu hadir. Statusnya sebagai pemain terbaik sepanjang masa didukung fakta ia dicintai oleh fans Ajax dan Barca.

Mungkin Cruyff paling dikenal sebagai pencipta filosofi total football. Yang nantinya berevolusi jadi filosofi tiki taka Barca. Filosofinya itu juga lah yang menginspirasi Ajax untuk dapat tiga gelar Champions League beruntun di tahun 1971 sampai 1973.

Filosofinya tetap Cruyff pakai saat jadi pelatih setelah pensiun di tahun 1984. Awalnya di Ajax, kemudian pindah ke Barcelona. Ia mempersembahkan satu Champions League untuk Barca di tahun 1992. Ia juga menyapu 4 gelar La Liga beruntun di tahun 1991 sampai 1994.

Frank Rijkaard (Ajax/AC Milan/Barcelona)

Catatan Champions League Frank Rijkaard masih jadi rekor saat ini. Sebab ia adalah satu-satunya orang Belanda yang bisa menjuarai trofi Champions di 3 klub berbeda. Sebagai pemain dan pelatih.

Trofi Champions pertamanya datang saat ia bermain di AC Milan. Berpartner dengan Carlo Ancelotti di lini tengah, ia dapat gelar back to back di tahun 1989 dan 1990. Ia kembali mengangkat Champions saat pulang ke Ajax di tahun 1995 dengan mengalahkan AC Milan di final.

Karir kepelatihannya dimulai dari menjadi asisten pelatih timnas Belanda. Tapi puncak kesuksesannya adalah saat menukangi Barcelona. Ia bergabung dengan Blaugrana di tahun 2003 dengan Ronaldinho menjadi bintang terbesar saat itu.

Sayangnya itu adalah masa-masa kemarau gelar Eropa di Camp Nou. Rijkaard baru berhasil mendapatkan Champions League di tahun 2006. Itu setelah ia mendatangkan bintang seperti Eto’o, Deco, Larsson di musim sebelumnya.

Carlo Ancelotti (AC Milan/Real Madrid)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Carlo Ancelotti adalah teman seperjuangan Rijkaard di lini tengah AC Milan. Mereka menjuarai back to back Champions di tahun 1989 dan 1990. Bedanya dengan Rijkaard, Ancelotti kembali mendapat dua piala Champions League sebagai pelatih AC Milan. Yaitu di tahun 2003 dan 2007.

Karir kepelatihannya memang sesukses, kalau tidak lebih sukses, daripada karirnya sebagai pemain. Setelah melatih Milan, ia memberanikan diri melatih keluar Italia. Pertama ke Inggris bersama Chelsea, kemudian ke Paris bersama PSG yang baru saja jadi klub sultan.

Perjalanannya di masing-masing klub itu membawa kesuksesan domestik. Tapi tidak ada kejayaan Eropa. Sampai akhirnya ia berlabuh ke Real Madrid. Seperti sudah takdir, di tahun 2014 Ancelotti pun mempersembahkan Champions League pertama Madrid sejak tahun 2002.

Ancelotti seolah jadi sosok malaikat pembawa La Decima yang sudah dirindukan Madridista sejak lama. Ia kemudian memenangkannya lagi untuk Madrid di tahun 2022. Untuk urusan Champions League, Ancelotti memang masih yang terbaik diantara pelatih lain di daftar ini.

Zinedine Zidane (Real Madrid)

Nama Zidane sudah hampir jadi sinonim untuk seorang gelandang sempurna. Sebagai playmaker, Zidane sudah dikenal dengan gayanya yang elegan, kemampuan passing, visi, kontrol bola, dan teknik yang tidak masuk akal.

Ia sempat dua kali mencapai final Champions bersama Juventus di tahun 1997 dan 1998. Tapi gagal di kedua kesempatan itu. Sampai Real Madrid membelinya untuk pondasi awal proyek galacticos di tahun 2001.

Gol kemenangan tendangan volinya ke gawang Bayer Leverkusen membuat Madrid juara Champions League di tahun 2002. Sayangnya Madrid dalam masa suram setelahnya. Sampai ia pensiun di tahun 2006, Madrid belum juga dapat Champions League lagi.

Tapi, kemudian ia memecahkan rekor setelah jadi pelatih Madrid di tahun 2016. Ia jadi satu-satunya pelatih yang mampu mendapatkan gelar Champions tiga kali berturut-turut. Hattrick Champions League itu ia dapatkan di tahun 2016 sampai 2018.

Pep Guardiola (Barcelona/Manchester City)

Mungkin tidak perlu cerita panjang lebar soal Pep Guardiola. Diantara para pelatih di daftar ini, ia lah yang masih dianggap pelatih terhebat. Guardiola adalah pemain kunci saat skuad Johan Cruyff menjuarai Champions League di tahun 1992. Itu jadi satu-satunya trofi Eropa Pep sebagai pemain.

Tapi beda cerita saat jadi pelatih. Terinspirasi dari filosofi total football milik Cruyff, Pep menciptakan tiki taka di Barcelona. Itu yang mendatangkan dua trofi Champions di tahun 2010 dan 2012.

Setelah lama tak kunjung dapat Champions lagi, Pep kembali juara bersama Manchester City di tahun 2023. Itu bukan hanya trofi Champions pertama mereka, tapi juga gelar treble winner pertama dalam sejarah the cityzen.

Sumber referensi: Sporting, UEFA, Real Madrid, Forza, Football History, Barcelona

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *