Bundesliga Jerman musim 2022/2023 menghadirkan akhir yang dramatis. Untuk pertama kalinya sejak musim 2019, gelar juara Bundesliga harus ditentukan di pekan terakhir. Namun, laga Spieltag 34 tak hanya jadi arena penentuan juara, tetapi juga jadi arena perebutan jatah terakhir ke kompetisi UEFA musim depan, serta arena pertarungan menghindari degradasi.
Bisa dibilang kalau musim ini merupakan salah satu musim dengan akhir paling dramatis dan menegangkan sepanjang sejarah Bundesliga. Laiknya sebuah peperangan, harus ada pihak yang berduka. Dan di momen tersebut rasanya tak ada wilayah yang lebih berduka ketimbang Lembah Ruhr.
Wilayah yang menjadi rumah bagi dua kota industri ternama di Jerman, Dortmund dan Gelsenkirchen itu jadi dua kota yang paling berduka. Atmosfer dua kota tersebut mendadak sepi dan suram begitu laga pekan ke-34 Bundesliga selesai digelar.
Dortmund dan Gelsenkirchen yang harusnya bisa berpesta di hari itu justru malah larut dalam kesedihan mendalam. Penyebabnya, dua klub sepak bola kebanggan mereka, Borussia Dortmund dan Schalke 04 gagal mewujudkan misi hidup dan matinya di pekan terakhir Bundesliga musim ini.
Diimbangi Mainz, Borussia Dortmund Gagal Juara Bundesliga
Borussia Dortmund memiliki peluang yang sangat besar untuk kembali merengkuh titel Bundesliga. The Black and Yellow bahkan diambang juara pasca Bayern Munchen dibungkam RB Leipzig 1-3. Hasil tersebut membuat Dortmund, yang baru saja menang 3-0 atas FC Augsburg, sukses mengkudeta Bayern dari puncak klasemen.
Kans Dortmund untuk kembali mengangkat perisai juara Bundesliga pun membesar. Mereka bisa kembali juara dan mengakhiri dominasi Bayern dalam 10 tahun terakhir apabila sanggup meraih 3 poin di pekan pamungkas.
Jadwal di speiltag ke-34 juga menguntungkan Dortmund. Sebab, mereka hanya akan berhadapan dengan Mainz di Westfalenstadion. Di pertemuan pertama musim ini, Dortmund sanggup menang 2-1 di kandang Mainz. Sementara itu, Bayern harus bertandang ke markas FC Koln.
Tekanan jelas berada di kubu Bayern Munchen. Mereka harus menang sembari berharap Dortmund gagal meraih kemenangan. Sementara bagi pasukan Edin Terzic, mereka cukup mengulang hasil yang sama di paruh pertama, yakni kembali menggulung Mainz dengan kemenangan.
Kesempatan besar tersebut tak mau disia-siakan para pendukung The Black and Yellow. Mereka datang lebih awal untuk memberi dukungan dan telah bersiap melakukan pesta. Ya, peluang Dortmund memang sebesar itu. Saking besarnya peluang Dortmund juara, pihak liga bahkan telah mempersiapkan trofi asli untuk The Black and Yellow. Sementara di kota Koln, FC Bayern hanya disediakan trofi replika.
Sayangnya, peluang yang sangat besar itu gagal dimanfaatkan Dortmund. Selepas sepak mula, para pemain Dortmund terlihat sangat gugup. Anak asuh Edin Terzic seperti kehilangan sentuhannya dan justru membuat Mainz leluasa mengembangkan permainan.
Alhasil, Mainz mampu mencuri gol di menit ke-15. Dortmund sebenarnya punya kesempatan untuk menyamakan kedudukan lewat hadiah penalti di menit ke-19. Namun, Sebastien Haller yang maju sebagai algojo gagal menyelesaikan tugasnya. Dortmund kemudian menutup babak pertama dengan ketertinggalan 0-2 usai Mainz kembali mencetak gol di menit ke-24.
Dortmund yang masih terlihat tertekan baru bisa mencetak gol pertamanya lewat Raphael Guerreiro di menit ke-69. Pertandingan sudah terasa makin berat bagi Dortmund. Namun, para pendukung Dortmund sempat berpesta sejenak di menit ke-81. Mereka bersorak sebab di laga lain Koln berhasil menyamakan kedudukan. Artinya, meski Dortmund kalah sekalipun dari Mainz, mereka tetap akan juara.
Akan tetapi, kebahagiaan semu itu tak berlangsung lama. Bayern berhasil menang 1-2, sementara hingga menit ke-90, Dortmund masih tertinggal 1-2. Harapan sempat muncul tatkala Niklas Sule mencetak gol di menit ke-6 babak tambahan waktu. Namun, semua sudah terlambat.
Wasit meniup peluit tanda berakhirnya laga dan seketika suasana Westfalenstadion menjadi hampa. Mereka kalah dan kembali tersalip Bayern Munchen yang akhirnya keluar sebagai jawara Bundesliga musim ini dengan keunggulan selisih gol saja.
Para pemain, pelatih, dan staf Borussia Dortmund kemudian berjatuhan di lapangan. Mereka menatap kosong langit-langit dan sebagian besar lainnya tak kuasa membendung tangis.
Ironis. 81.365 pendukung yang memenuhi Westfalenstadion harusnya menggelar pesta besar di hari itu. Pun begitu dengan ribuan pendukung lainnya yang sudah menunggu di luar stadion dengan kostum kuning hitam. Hari itu, kota Dortmund yang harusnya menggelar parade juara justru tertunduk lesu, meratapi nasib, dan menangis berjamaah.
Schalke Degradasi Lagi ke 2.Bundesliga
Pemandangan suram itu tak hanya terjadi di kota Dortmund, tetapi juga terjadi di kota Gelsenkirchen. Para penduduk kota, khususnya para pendukung setia Schalke 04 harusnya tengah menunggu kabar bahagia dari klub kesayangan mereka.
Schalke, rival abadi Dortmund, juga menghadapi laga hidup dan mati di spieltag ke-34 Bundesliga. Schalke yang baru saja promosi kembali ke kasta teratas Liga Jerman harus kembali menghadapi ancaman degradasi setelah kampanye mereka yang buruk sejak awal musim.
The Royal Blues yang terdegradasi di akhir musim 2021 berhasil menjuarai 2.Bundesliga musim lalu. Setelah kembali ke kasta teratas, Schalke sebenarnya terlihat cukup serius untuk menatap musim baru. Meski kondisi finansial mereka belum kembali seperti sedia kala, tetapi pengeluaran transfer Schalke masih lebih banyak ketimbang Hertha BSC, Werder Bremen maupun Vfl Bochum.
Namun sepertinya, pergantian pelatih membuat Schalke terlihat seperti tim yang belum siap berkompetisi di kasta teratas. Setelah ditinggal Mike Buskens yang musim lalu mengantar mereka kembali ke Bundesliga, Schalke menunjuk Frank Kramer sebagai pelatih anyar mereka musim ini.
Di bawah asuhan Frank Kramer, Schalke tampil mengecewakan. Mereka cuma menang sekali dan imbang tiga kali dalam 10 pertandingan yang langsung menempatkan Schalke di zona degradasi. Kramer kemudian dipecat dan sempat digantikan sebentar oleh Matthias Kreutzer sebelum akhirnya Schalke menunjuk Thomas Reis sebagai manajer tetap berikutnya.
Bersama Thomas Reis, kondisi Schalke membaik, khususnya di paruh kedua musim. Mereka bahkan berada di urutan kedelapan sebagai tim dengan performa terbaik di paruh kedua Bundesliga musim ini.
Puncaknya, kemenangan beruntun atas Werder Bremen dan Mainz di pekan ke-30 dan 31 membuat Schalke keluar untuk pertama kalinya dari zona degradasi yang sudah mereka huni sejak spieltag ke-10. Namun, kekalahan telak 6-0 di kandang Bayern membuat peluang degradasi Schlake kembali membesar.
Ditahan imbang Eintracht Frankfurt di Arena AufSchalke membuat The Royal Blues akhirnya harus menghadapi laga hidup dan mati di pekan terakhir. Schalke akan aman dari degradasi jika menang atas RB Leipzig, sementara Stuttgart dan Bochum gagal menang.
Hasil imbang juga bisa mengamankan status mereka di Bundesliga apabila di laga lain Bochum kalah dan Stuttgart kalah dengan margin 22 atau 23 gol dari Hoffenheim, sesuatu yang rasanya mustahil terjadi.
Sementara itu, apabila di laga lain hanya Bochum saja yang kalah, sementara Stuttgart meraih poin, maka Schalke setidaknya bisa selamat dari degradasi langsung dan finish di urutan 16 untuk menjalani laga play-off relegasi melawan peringkat 3 2.Bundesliga.
Demi mewujudkan misi selamat tersebut, pasukan Thomas Reis tak ada pilihan selain menang di kandang Leipzig. Sebuah misi yang amat sulit dan terbukti mereka langsung tertinggal 2-1 di babak pertama.
Harapan sempat muncul tatkala Schalke berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-49. Sebelum akhirnya gol Yussuf Poulsen dan Christopher Nkunku mengantar Schalke terdegradasi kembali ke 2.Bundesliga.
Penunjukan pelatih yang salah, performa pemain baru yang tidak mengesankan, hingga Simon Terodde yang terbukti hanya ganas di 2.Bundesiga tetapi melempem di Bundesliga jadi beberapa sebab mengapa Schalke tak sanggup bertahan di Bundesliga.
Ini jadi kali kelima dalam sejarah Schalke turun kasta dari Bundesliga. Untungnya, kali ini ribuan pendukung The Royal Blues tetap setia mendukung tim mereka dan tidak berbuat rusuh atau mengejar-ngejar pemain Schalke seperti yang dulu mereka lakukan 2 tahun silam.
Lekas Bangkit, Dortmund dan Schalke!
Apa yang terjadi terhadap Dortmund dan Schalke di akhir musim ini menjadi bukti kalau terkadang sepak bola bisa membuat para penikmatnya patah hati. Duka bagi Dortmund seharusnya bisa menjadi hiburan bagi penduduk kota Gelsenkirchen. Begitu pula sebaliknya. Penduduk kota Gelsenkirchen bisa menertawakan kegagalan Dortmund. Memang seperti itulah rivalitas dua kota ini.
Namun, alih-alih saling ejek, pendukung Dortmund dan Schalke yang seharusnya bisa berpesta dan bernapas lega di akhir musim Bundesliga musim ini justru malah sama-sama berduka. Jangankan untuk saling ejek, waktu mereka sudah tersita untuk legawa meratapi nasib.
Terdegradasinya Schalke juga memastikan kembali absennya โThe Mother of All Derbiesโ dari Bundesliga musim depan. Mau seperti apapun kondisi kedua tim, duel Schalke 04 vs Borussia Dortmund dalam laga bertajuk Derbi Lembah Ruhr memang harus diakui sebagai salah satu derbi dengan rivalitas terpanas di Eropa.
Semoga Schalke bisa cepat bangkit lagi dan kembali ke Bundesliga dengan kekuatan yang lebih besar. Dan semoga Borussia Dortmund tidak mudah menyerah untuk mengakhiri puasa gelar Bundesliga mereka.
Referensi: Bundesliga, DailyMail, Bulinews, Bundesliga.