Bukan Mudryk, Tapi Connor Gallagher Permata Tersembunyi Chelsea

Akhirnya Chelsea menang lagi. Sesuatu yang patut dibanggakan seluruh fans Chelsea di seluruh belahan dunia. Maklum, setelah sebulan penuh di bulan September mereka melaksanakan ibadah puasa kemenangan di Liga Inggris.

Namun kemenangan atas Fulham bertajuk Derby London tersebut menyisakan cerita. Bukan hanya pemain kebanggaan mereka Mykhailo Mudryk yang akhirnya pecah telor gol pertamanya. Melainkan peran yang tak terlihat dari kapten mereka, Connor Gallagher. Ya, meski tak terlalu mentereng namanya, ia diam-diam menjadi permata bagi The Blues.

Permata Asli Cobham

Siapa sangka pemain yang juga sempat diolok-olok musim lalu itu akhirnya bertahan di Stamford Bridge musim ini. Asal tahu saja ia adalah salah satu dari sedikit pemain asli kelahiran akademi Cobham yang bertahan di Chelsea.

Pasti banyak yang tak memperhatikan pemain pirang yang satu ini. Maklum karirnya sejak muda hanya dipinjamkan sana-sini oleh Chelsea. Ke Charlton Athletic pernah, ke Swansea pernah, ke West Bromwich juga pernah. Dan yang terakhir ia dipinjamkan ke Crystal Palace.

Sejak di Cobham, karirnya melesat menjadi pemain terbaik akademi Chelsea pada musim 2018/19. Nah, sejak saat itulah kemudian ia dipinjamkan ke beberapa klub untuk berkembang. Ia terbukti banyak menimba ilmu di berbagai klub yang disinggahinya.

Bersinar Bersama Patrick Vieira

Terkhusus ketika ia membela Crystal Palace di bawah asuhan Patrick Vieira. Ia menjelma menjadi salah satu gelandang box to box terbaik Liga Inggris musim 2021/22. Akurasi umpan, daya jelajah di lapangan, serta tusukan-tusukannya dari lini tengah menjadi kekuatan pemain yang mengidolai Frank Lampard tersebut.

Gallagher ini cocok bersama pendekatan taktik menyerang 4-3-3 Vieira di Palace. Ia menjadi ruh lini serang Crystal Palace dari lini tengah. Per catatan Transfermarkt, 8 gol dan 5 assist ketika menjadi pemain pinjaman Crystal Palace, menjadikan dirinya permata yang siap untuk bersaing di skuad inti Chelsea.

Sempat Mau Dijual

Ya, Gallagher akhirnya benar-benar kembali lagi ke Chelsea pada musim lalu. Manajemen Chelsea yakin performanya ketika bersama Crystal Palace menjadi tolak ukur kenapa Gallagher dipertahankan.

Tapi sayang, ia kembali di waktu timnya sedang terpuruk. Ia tak bisa sendirian menolong tim. Ia juga ikut-ikutan bapuk ketika seluruh pemain Chelsea bapuk. Gonta-ganti pelatih juga membuat menit bermainnya makin tak karuan. Per Transfermarkt, ia hanya bermain sekitar kurang lebih 1600 menit musim lalu.

Ditambah ia juga diisukan banyak media masuk dalam daftar jual Chelsea. Ya, kita tahu sendiri Todd Boehly doyan banget ngumpulin pemain bintang mahal di Chelsea. Musim lalu stok lini tengah Chelsea berlimpah setelah kedatangan Enzo Fernandez, Chukwuemeka, maupun Denis Zakaria, makin membuat kesempatan Gallagher bertahan musim lalu menipis. Terlebih masih ada Kante dan Jorginho.

Tetap Dipertahankan

Namun bagaimana nasibnya kemudian? Gallagher tetap bertahan. Begitupun juga di awal musim ini. Sayangnya, lini tengah Chelsea kembali bertambah melimpah setelah kedatangan Moises Caicedo. Praktis, kesempatan Gallagher bersaing sebagai pemain inti kembali tipis.

Dilansir Goal, Gallagher musim ini juga sudah ditawar West Ham sekitar 40 juta pounds. Namun, pihak Chelsea memilih menolak dengan maksud ingin nilai mahar yang lebih tinggi. Begitupun The Athletic mengatakan bahwa tim seperti Everton berani menebusnya hingga 45 juta pounds, tapi masih saja ditolak.

Usut punya usut, ketika Pochettino datang dan mencobanya di berbagai laga pramusim di Amerika, Gallagher ternyata masih sangat dibutuhkan. Pochettino menyukai gaya bermainnya yang tak kenal lelah di tengah lapangan. Dan terbukti kesukaan Pochettino itu dituangkan dalam kepercayaannya menempatkan Gallagher sebagai pemain inti sejak awal musim ini.

Kenapa Gallagher Ditunjuk Jadi Kapten?

Lihat saja sejak pekan pertama Liga Inggris hingga pekan ke-7, ia selalu jadi starter di Chelsea. Bahkan dalam lima laga ia bermain selama 90 menit. Bukti bahwa Pochettino benar-benar cocok dengan pemain ini.

Di laga terakhir melawan Fulham di pekan ke-7, Gallagher tetap dimainkan sebagai starter meski Enzo dan Caicedo sudah berduet bermain bersama. Trionya bersama Caicedo dan Enzo bahkan menjadi kunci keperkasaan lini tengah Chelsea di laga tersebut.

Ada pemandangan yang tak biasa ketika penampilannya disorot pada kemenangan melawan Fulham. Di lengan Gallagher tersemat ban kapten. Asal tahu saja, pemain berambut pirang ini sejak laga melawan Wimbledon di Carabao Cup menjadi kapten tim. Kalau ditotal, sudah empat laga Gallagher ditunjuk Pochettino sebagai kapten tim.

Lalu kenapa Pochettino percayakan ban kapten itu pada Gallagher? Padahal kan ada banyak pemain senior seperti Thiago Silva, Sterling, maupun Chilwell? Padahal Enzo yang notabene pemain mahal juga dapat diandalkan sebagai kapten. Memang, kapten tim utama Chelsea musim ini dipercayakan pada Reece James. Namun karena kendala cedera, Pochettino akhirnya memilih pemain lain.

Ketika ditanya dalam konferensi pers jelang laga melawan Aston Villa, Pochettino berkata bahwa ia juga memikirkan masa depan tim. Jadi, ia tak mungkin memberikan kapten kepada Thiago Silva ataupun Sterling. Meski Enzo masih muda dan dianggap baik dalam memimpin tim, tapi menurut Pochettino ia masih sulit berkomunikasi dengan bahasa dan gestur Inggris. Maka pilihan pun jatuh pada Connor Gallagher.

Statistik Menonjol Gallagher

Namun, saat ditunjuk sebagai kapten, banyak yang mempertanyakan keputusan itu. Apa untungnya menunjuk Gallagher kapten Chelsea. Lagi pula ia juga belum menciptakan gol maupun asis selama di Chelsea musim ini. Memang, peran Gallagher tak terlihat. Tapi menurut statistik Squawka, ia diam-diam menjelma bagian penting dari permainan Chelsea musim ini.

Dari total tujuh laga di Liga Inggris, Gallagher mengemas total menang duel terbanyak di klub, yakni 40 kali. Ia juga menjadi pemain yang paling sering menguasai bola di sepertiga akhir pertahanan lawan, yaitu 23. Gallagher juga mencatatkan tekel bersih terbanyak di Chelsea dengan 20 kali tekel bersih. Angka intersepnya juga unggul di antara semua pemain Chelsea, yakni 13 kali intersep.

Jadi sudah jelas, ia menjadi pemain yang paling menonjol di Chelsea namun tak banyak disorot. Bahkan perannya jadi kapten di lapangan pun tak banyak orang memperhatikannya. Di usianya yang masih 23 tahun dan sudah punya kepemimpinan yang mumpuni, Chelsea tampaknya tak perlu khawatir kekurangan stok pemimpin tim di masa depan.

Apalagi Gallagher adalah seorang Chelsea sejati, asli Cobham pula. FYI juga, keluarga besarnya Gallagher juga adalah fans Die Hard-nya Chelsea lho. Jadi, tak diragukan lagi kesetiaan dan pengorbanannya demi Chelsea.

Sumber Referensi : goal.com, theathletic, goal.com, thechelseachronicle

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *