
Selalu ada kontroversi kala membahas tentang The Special One, Jose Mourinho. Tapi, di sela-sela image kontroversinya itu, selalu terselip beberapa gelar sebagai pembuktian. Mourinho tetaplah Mourinho, pelatih bermental juara sekaligus jaminan trofi. Namun kini, kegagalannya kala melawan Sevilla di Final Europa League memunculkan pertanyaan. Apakah memang benar Jose Mourinho sudah habis?
José Mourinho in European finals: 5/5 won
Sevilla in Europa League finals: 7/7 won
They face off tomorrow ⚔️ pic.twitter.com/RUp7fGfN7T
— B/R Football (@brfootball) May 30, 2023
Meroket Dari Portugal
Musim 2002/03 adalah awal yang cemerlang dirinya bersama Porto. The Dragon berhasil menggondol hattrick gelar yakni Piala UEFA, juara Liga Portugal, dan juara Piala Portugal. Yang lebih mengesankannya lagi, di musim berikutnya ia mengejutkan Eropa dengan menjadi juara Liga Champions 2003/04. Dari situlah namanya melambung sebagai pelatih top papan atas Eropa.
José Mourinho won the Primeira Liga, Taça Portugal and Porto’s first-ever UEFA Cup trophy in his first full season in charge of the club.
In 2003/04, he won the Primeira Liga (again) and the Champions League.
No team outside the ‘big five’ leagues has won the competition since. pic.twitter.com/qjufi6LKje
— Squawka (@Squawka) May 31, 2023
Dipecat Chelsea
Bergabung bersama proyek Abramovich di Chelsea adalah jalan karir Mourinho selanjutnya. Ia digelontorkan banyak pundi-pundi uang oleh taipan Rusia itu untuk membangun tim. Di tangannya-lah, puasa gelar Liga Inggris The Blues selama 50 tahun, akhirnya bisa terpatahkan.
In 2004/05, José Mourinho’s first season at Chelsea, he became the youngest manager in Premier League history to win the title.
𝐏38 𝐖29 𝐃8 𝐋1 𝐏𝐭𝐬95
The most clean sheets (25) and the fewest goals conceded (15) in a single PL season. pic.twitter.com/Mm4vKIYqUU
— Squawka (@Squawka) January 26, 2023
Gelar back to back Liga Inggris musim 2004/05 dan 2005/06 jadi bukti ia adalah The Special One. Taktik 4-2-3-1 ala Mourinho ketika di Chelsea, kala itu masih memeragakan sepakbola yang atraktif dan menyerang. Dengan didukung para pemain top yang datang, taktik itu mampu menggilas para lawan-lawan-nya. Di zaman itu, Mourinho belum mengenal taktik parkir bus.
Namun sayang, kepemimpinan Mourinho di Chelsea hanya sampai 2007. Mourinho gagal memberikan gelar Liga Inggris di musim 2006/07. Dan puncaknya pada awal musim 2007/08, ia diberhentikan setelah hanya mengoleksi 11 poin dari enam laga Liga Inggris. Dari hasil ini, muncul pertanyaan apakah Mourinho sudah mudah untuk ditaklukan?
“In 2007, when Jose said goodbye, you could have heard a pin drop. It felt like someone died. Strong characters like Drogba, Lampard and John Terry either crying on the floor or welling upIt was really weird.”- Steve Sidwell
Were Chelsea wrong to sack Jose Mourinho then?🤔 pic.twitter.com/OJ12uVowC3
— NairaBET (@NairaBET) April 16, 2020
Sempurna Bersama Inter
Pertanyaan itu dijawab Mourinho ketika ia menerima pinangan Inter Milan. Tantangan melatih Nerazzurri dijadikan Mourinho sebagai pembuktian. Apakah ia bisa meningkatkan karirnya kembali setelah tercoreng ketika dipecat Chelsea?
Jawabannya, sempurna. Inter mampu diantarkannya meraih treble winner, yakni juara Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions pada musim 2009/10. Lalu dengan cara apa ia melakukannya? Selain dana penuh yang disokong manajemen Inter untuk mendatangkan beberapa pemain kebutuhan Mourinho, ia juga menemukan cara baru untuk bermain.
On this day, in 2010, Inter Milan won their first Champions League since 1965, beating Bayern Munich 2-0 at the Santiago Bernabéu.
The trophy sealed a historic treble for Inter that season, which is still, arguably, José Mourinho’s greatest ever year in management. 🏆 pic.twitter.com/tR5ca6QxtT
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) May 22, 2021
Ketika di Inter, orang makin banyak mengenalnya sebagai bapak negative football atau penemu taktik parkir bus. Termasuk kala Inter mengandaskan Barcelona di semifinal Liga Champions 2009/10. Musim itu, Mou lebih mengutamakan sepakbola pragmatis atau berorientasi pada hasil, termasuk bertahan total. Formasi yang diaplikasikan pun berbeda seperti di Chelsea, yakni 4-3-1-2.
Pertanyaan Di Madrid
Sempurna di Inter, ia kemudian menjajal tantangan menangani klub besar lainnya, Real Madrid. Di situlah Mourinho diuji, apakah ia mampu membawa El Real mematahkan hegemoni kejayaan tiki-taka Barca? Mou ketika di El Real kembali lagi ke taktik awalnya seperti di Chelsea yakni 4-2-3-1. Ia berupaya menyesuaikan kondisi skuad yang dimilikinya.
Namun dari segi pendekatan bermain, Mourinho tetap pragmatis. Selama tiga musim ia hanya meraih satu gelar La Liga, satu gelar Copa Del Rey, dan satu gelar Piala Super Spanyol. Hasil itu dinilai tak pantas bagi klub sebesar Real Madrid yang masih mencari gelar La Decima-nya di Liga Champions.
In 2011/12, José Mourinho’s Real Madrid became the first side to earn 100 points in a big-five European league.
𝐏38 𝐖32 𝐃4 𝐋2 𝐏𝐭𝐬100
Real set the LaLiga record for most goals scored (121) and it was the only season Pep’s Barcelona did not win the title. pic.twitter.com/fFX4xL3Whe
— Squawka (@Squawka) May 31, 2023
Maka dari itu, ketika racikannya dicap gagal di El Real, ia mulai banyak dipertanyakan. Tuah 4-2-3-1 dan permainan pragmatisnya terbukti tak bisa berbuat banyak bagi prestasi Los Blancos.
Dipecat Kedua Kali Oleh Chelsea
Ia akhirnya pergi dari El Real di 2013. Lalu kembali melatih Chelsea untuk periode keduanya pada musim 2013/14. Di periode keduanya di Chelsea, ia juga ingin membayar kekecewaan publik Stamford Bridge kala dipecat 2007 silam.
Masih dengan 4-2-3-1 yang pragmatis itu, Chelsea kembali dibawanya solid. Hasilnya di musim 2014/15, ia terbukti kembali mampu meraih gelar juara Liga Inggris. Namun satu hal yang perlu diingat Mourinho. Ia masih hutang gelar Liga Champions pada Chelsea yang belum bisa ia berikan selama ini.
Nah di musim 2015/16, Chelsea mulai mengalami penurunan drastis. Skuad racikan Mou sebagian besar underperform. Ia juga tak kuasa membendung keruhnya hubungan dengan para pemain di ruang ganti. Dan benar saja, nasib Mourinho kembali berujung dengan pemecatan untuk kedua kalinya di Chelsea pada bulan Desember 2015.
Three years ago on 17 December 2015, Jose Mourinho was sacked by Chelsea.
Is he going to suffer the same fate at Old Trafford? We take a look at the big questions: https://t.co/BuHFtd9DXP pic.twitter.com/RirF6ij6sB
— BBC Sport (@BBCSport) December 17, 2018
MU dan Trofi
Sudah dipecat Chelsea, namun buktinya ia masih saja dipinang klub besar Inggris lainnya seperti Manchester United. Apakah hal ini menandakan bahwa Mourinho belum habis?
Faktanya ketika di MU, hasilnya malah oke. MU diantarkannya meraih trofi Europa League, Piala Liga, dan Community Shield di musim pertamanya 2016/17. Mourinho juga back to back lho membawa Red Devils tampil di Liga Champions.
Jose Mourinho was the last Manchester United coach to win a trophy & he did it exceptionally by winning 3 trophies in a season. #MUFC|#AtleticoMadrid|#UCL pic.twitter.com/B8JgJe01me
— FIFA World Cup Stats (@alimo_philip) March 16, 2022
Namun, di Liga Inggris Mou mentok hanya bisa menjadi runner up, yakni di musim 2017/18. Ia belum mampu membawa MU raih gelar Liga Inggris karena keburu dipecat pada awal musim 2018/19.
Selain terpuruk secara hasil, ia dipecat karena dianggap sebagian besar fans MU memperagakan permainan yang membosankan dan parkir bus. Ia kerap dibanding-bandingkan dengan gaya main Fergie yang menyerang.
Selain itu, ia juga boros dalam membelanjakan uang, namun tak sepadan hasilnya. Ia juga sering arogan ke media dan tak pandai mengontrol ruang ganti.
ON THIS DAY: In 2018, Manchester United sacked Jose Mourinho after 2 1/2 years in charge.
◉ 144 matches
◉ 84 wins
◉ 31 draws
◉ 29 defeats
◉ 3 trophiesHe left with a 58.3% win rate. 📊 pic.twitter.com/z4eNV5329u
— Squawka (@Squawka) December 18, 2021
Dipecat Spurs
Setelah dipecat MU, kemudian muncul pertanyaan lagi, kenapa tak ada klub besar lagi yang pakai jasanya? Faktanya ia hanya menerima pinangan dari Tottenham Hotspur, klub yang masuk dalam Big Six Liga Inggris, namun prestasinya tak sebesar MU, Chelsea, atau Liverpool.
Namun apa daya, Mou ingin membuktikan bahwa semua persepsi bahwa dirinya sudah habis adalah salah besar. Mou ingin membuktikan ia mampu sukses di klub yang jarang mendapatkan trofi sekalipun. Selama masanya di Spurs, ia masih mengandalkan gaya permainan lamanya yang pragmatis itu.
Sayang sekali, ia kembali dipecat dan tanpa gelar. Tapi yang perlu dicatat, ia dipecat sebelum final Piala Liga. Artinya kalau kata orang, bisa saja Mou meraih gelar ketika ia masih menangani Spurs hingga akhir musim.
Jose Mourinho on the difference between Roma and Tottenham 😅 pic.twitter.com/OXA9byOfou
— GOAL (@goal) May 31, 2023
Mengais Asa Bersama Roma
Setelah dipecat Spurs, Mourinho kembali sepi peminat dari para klub besar. Ia hanya menerima pinangan AS Roma. Klub Serie A yang dulu termasuk Magnificent Seven namun prestasinya tak sebesar Juve, Inter, maupun AC Milan.
Disaat banyak dicemooh karena dianggap sudah menurun, ia justru menorehkan rekor baru sebagai pelatih yang menjuarai di tiga kompetisi eropa berbeda. Hal itu terjadi setelah ia sukses membawa Giallorossi meraih gelar Conference League musim 2021/22.
👑 José Mourinho is the 𝗼𝗻𝗹𝘆 manager to win the UEFA Champions League,UEFA Europa League & UEFA Europa Conference League.#UCLfinal|#UELfinal|#UECLfinal pic.twitter.com/ii5IfmwWhu
— FIFA World Cup Stats (@alimo_philip) May 31, 2023
Bahkan di musim 2022/23, ia masih mampu membawa serigala ibukota itu ke final Europa League dengan gaya mainnya yang makin pragmatis. Namun kegagalannya di final oleh Sevilla telah mencoreng karirnya.
Jose Mourinho threw his runners-up medal into the crowd after the Europa League final 😱 pic.twitter.com/uSOkqGhoV5
— ESPN FC (@ESPNFC) May 31, 2023
Di kompetisi domestik pun, Roma hanya masuk Europa League musim depan. FYI juga, pelatih sekaliber Mourinho ternyata sudah lama absen lho di Liga Champions. Terakhir kali yakni pada tahun 2018 ketika bersama MU. Yang perlu dicermati di sini, dari tahun ke tahun karir Mourinho dengan gaya pragmatisnya itu makin menurun. Sebagai bukti penurunan level klub yang ia latih, beserta prestasinya.
Sumber Referensi : sportingnews, bleacherreport, thesun, skysports, dailymail